Melihat pemberitaan televisi belakangan ini menyangkut situs jejaring sosial facebook, Admin menjadi sangat tergelitik. Ini sangat mirip dengan gejala masuknya era perdagangan bebas dengan China. Sebelumnya, Admin hendak menuturkan sebuah analogi yang sangat sederhana namun hampir tidak ada yang pernah melihatnya. Falsafah jamu.
Kenapa jamu? Sekarang mari kita lihat, mengapa orang-walau dengan terpaksa-mau minum jamu(jamu asli atau jamu godok, bukan jamu dalam kemasan yang sudah lebih banyak unsur artifisialnya ketimbang rempah aslinya)? Karena kita yakin, bahwa setelah kita menelan cairan pahit itu, kesehatan akan pulih seperti sedia kala. Sesederhana itulah falsafah jamu.
Sekarang, apa korelasinya dengan hilangnya anak-anak dibawah umur karena pertemanan facebook? Apa pula hubungannya dengan pelacuran yang memanfaatkan facebook? Apalagi dengan perdagangan bebas? Apa admin sudah gila? Tentu saja ada.
Mari kita lihat dari permasalahan yang lebih rumit dan besar dahulu, perdagangan bebas dengan China. Kenapa orang begitu takut dengan barang-barang dari China? Banyak sekali alasannya kecuali satu, MUTU.
Sudah terbukti bahwa produk Indonesia bermutu jauh lebih baik daripada barang China. Tekstil, sepatu, tas, baju, itu hanya sedikit saja dari sekian banyak produk Indonesia. Lantas pertanyaan utamanya kembali pada kenapa orang takut pada produk China? Ini dia! Produk-produk itu adalah jamu yang akan menghancurkan dogma yang sekian puluh tahun membelenggu otak konsumen Indonesia : barang luar negeri itu pasti lebih baik dari produk lokal. Pasti lebih bergengsi. Tidak lama lagi dogma mematikan itu akan mati.
Betul, untuk jangka pendek, akan terjadi epilepsi industri lokal. Jelas akan ada banyak pengusaha gulung tikar. Jelas akan banyak PHK. Bertambah pengangguran. Buruk? Sangat buruk. Tapi inilah obat yang akan membuat Indonesia luar biasa untuk jangka menengah-panjang. Pengusaha-pengusaha yang rontok saat ini adalah pengusaha yang produknya tak mampu bersaing dengan produk-produk China. Jelas. Mereka tak mampu.
Mari kita ingat peringatan Bung Karno, JASMERAH. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Kita ingat, dua abad lebih penjajahan di negeri ini telah menghasilkan karakter-karakter terbaik pribumi? Ingat bahwa putra-putri terbaik pertiwi akan bermunculan dan tidak akan tinggal diam menghadapi ratapan negeri. Yakinlah, habis gelap terbitlah terang cetus RA Kartini.
Setelah keruntuhan usaha lokal, akan terjadi kristalisasi. Ini adalah seleksi alam yang akan menghasilkan kupu-kupu indah. Bangsa ini sudah membuktikan daya tahannya terhadap segala prahara. Kali inipun tanah ini akan menyediakan segala yang dibutuhkan insan nusantara untuk bangkit dan memukul mundur semua durjana durhaka. Akan muncul pengusaha-pengusaha muda yang jenius dan mampu mengalahkan serbuan asing. Sebagaimana juga akan muncul pemimpin-pemimpin muda yang tidak hanya menyadari tekanan asing, tapi juga mampu memberikan tekanan balik keluar.
Sekarang apa yang bisa kita lakukan sebagai konsumen? Ini pertanyaan yang sangat penting dan perlu dipaparkan jawabnya. Sederhana saja jawabnya, setelah jamu itu tertelan, segeralah minum air perasaan jeruk nipis agar tidak mual dan segera menghilangkan rasa pahit di mulut. Agar kepahitan bagi produk lokal tidak berlangsung lama, segera yakinkan diri kita bahwa kita pantas mendapat yang terbaik dalam hidup ini. Karena itu tidak akan memakai barang-barang yang tidak bermutu. Segera sebarkan keyakinan ini pada sebanyak mungkin orang.
Saya ulangi, kita berhak mendapat yang terbaik dalam hidup ini. Maka kita berhak untuk memilih barang-barang yang bermutu baik. Ingat bagaimana Bung Karno meyakinkan rakyat Indonesia bahwa kita layak dan mampu untuk merdeka? Begitulah seharusnya kita punya kebanggaan terhadap bangsa ini. Kita berhak dan dapat memilih untuk tidak membeli produk bermutu rendah. Biarkanlah barang-barang China itu berdatangan, biarkan juga barang-barang itu menumpuk dipelabuhan.
Sekarang, bagaimana dengan masalah facebook?
Ah, itu mah masalah kecil. Hanya media saja yang membesar-besarkan.
Mengapa demikian? Sekarang begini, kita ingat, beberapa tahun lalu ada beberapa kasus kekerasan sesama anak kecil akibat acara gulat di televisi. Tentu saja ingat. Apakah ada yang berusaha mengharamkan pesawat televisi? TIDAK. Kenapa tidak? Kan sudah terbukti merugikan? Belum lagi dengan tindakan pemerkosaan yang ditimbulkan oleh tayangan film-film seronok. Mengapa tidak ada yang mengharamkan televisi?
Sekarang mengapa stasiun televisi juga rajin memberitakan perihal kasus-kasus facebook ini? Apakah mereka tidak sadar, bahwa tindakan bodoh anak-anak itu adalah ekses negatif dari tayangan-tayangan tidak bermutu di stasiun-stasiun televisi?
Tayangan grafik yang menampilkan gerak dan suara, tidak hanya memuaskan kebutuhan pemirsa akan hiburan, akan tetapi juga merupakan pengajaran secara persuasif akan nilai-nilai dan norma-norma. Secra pribadi, Admin mengakui bahwa Admin adalah salah satu korban tayangan televisi. Pada saat Admin beranjak remaja, selama masa remaja, sampai akhir masa remaja, admin sangat gandrung dengan tayangan-tanyangan televisi. Karena memberi perspektif baru bagi Admin dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah Admin menggunakan logika yang ditampilkan dalam tayangan-tayangan itu. Perlahan tapi pasti, Admin tercabut dari akar budaya Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi pada remaja-remaja malang itu. Bila saat remaja Admin sangat beruntung karena sangat gandrung pada Dunia Dalam Berita TVRI, Aneh Tapi Nyata, Beyond 2000, flora-fauna, Album Minggu, Family ties, Growing Pains, dll, remaja sekarang dicekoki oleh tayangan-tayangan yang katanya untuk anak-anak, dan memang diperankan oleh anak-anak, tetapi perilaku yang mereka perankan adalah perilaku orang dewasa. Sama seperti ajang cari bakat cilik yang penuh dengan anak-anak yang menyanyikan lagu-lagu dewasa. Sangat buruk dan secara langsung mempengaruhi cara pikir anak. Mempengaruhi cara mereka memandang malasah, menangani masalah. Bahkan cara pandang mereka tentang keluarga dan orang tuapun berubah. Inilah yang terjadi pada remaja-remaja bodoh itu. Mereka tumbuh dengan dikelilingi oleh tayangan-tanyangan yang tidak mendidik. Dan orang tua yang merasa sudah mendidik anak dengan membayari mereka sekolah dan membentak serta melototi mereka.
Tontonan yang mereka lihat di televisi, baca di majalah, dengar di radio, membentuk mereka menjadi dewasa secara prematur. Maka tak heran bila anak-anak itu dengan mudahnya meninggalkan rumah tanpa ijin orang tua untuk bertemu dengan orang yang hanya dikenal melalui layar komputer. Yang mereka pikirkan adalah salah satu karakter yang mereka lihat, dengar dan baca, yang seumur dengan mereka, sudah bisa mengambil keputusan yang besar seperti itu. Jadi sebenarnya mereka tidak melihat diri mereka sendiri dalam keputusan mereka itu. Anak-anak ini berpikir bahwa karakter-karakter yang terekam dalam benak mereka mengambil keputusan sendiri berdasarkan situasi nyata. Inilah hebatnya sutradara dan semua yang terlibat dalam tayangan-tayangan sejenis, semua terlihat sangat nyata. Anak-anak ini tidak mengerti bahwa ini hanya tayangan menceritakan sesuatu yang tidak nyata. Disini absennya orang tua menjadi hal yang fatal bagi anak-anak. Bahkan anak yang selalu didampingi orangtua pun masih cukup rentan dewasa ini. Karena di sekolah, anak bertemu dengan aneka macam teman yang memiliki latar belakang berbeda dan kita sama tahu bahwa lingkungan teman sangat sangat sangat berpengaruh bagi anak-anak. Identitas mereka hampir selalu melebur dengan lingkungan teman-teman. Mereka pikir bila terjadi risiko dari kesalahan yang mereka perbuat, maka dengan identitas yang melebur itu sebagai modal, teman-teman akan melindungi, membantu. Tidak mereka sadari, bahwa hanya diri mereka dan orang tua lah yang yang akan menolong dan membantu. Teman hanya bisa bilang, sorry…
Jadi, bagaimana mengantisipasi hal ini?
Admin memilih untuk sekali lagi menggunakan falasafah jamu.
Teknologi internet dan segala implikasinya relatif masih sangat baru bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Admin ingat bagaimana ekspresi teman-teman pada tahun 2005 lalu saat admin bilang bahwa admin sudah punya dua blog. Padahal twitter hadir sebagai modifikasi konsep blogging. Pemerintah pun masih gagap menghadapi serbuan tindakan kriminal di dunia maya ini. Tidak heran. Undang-undangnya saja baru rampung belum lama ini bukan? Jangankan untuk sosialisasi, Admin rasa, untuk pemahaman undang-undang tersebut, masih belum merata diantara para penegak hukum sendiri.
Jadi, internet dan facebook adalah jamu bagi dunia maya Indonesia. Jamu bagi hubungan orang tua dengan anak-anaknya. Jamu bagi kematangan kedewasaan anak-anak kita. Jamu bagi kehidupan.
Demikian
Salam Tenteram Indonesia
Bianglala
7 years ago
No comments:
Post a Comment