Pagi ini saya dapat cerita yang mengejutkan saat sedang beli sarapan kesukaan saya berupa ketan betawi dengan lumpia udang. Kebetulan si mpok memang orang yang sangat ramah. Setelah basa-basi, tiba-tiba mpok cerita tentang kebakaran yang terjadi di dekat warungnya pada waktu bulan puasa tempo hari. Yang mengejutkan saya bukan kebakarannya. Yang menghantam adalah cerita si mpok bahwa para anggota pemadam kebakaran itu menetapkan tarif sebesar Rp.1.000.000; untuk dua mobil yang dikerahkan untuk menangani kebakaran kecil itu. Saya tanya, mereka minta uang itu sebelum atau setelah mereka melakukan pemadaman? Setelah bang. kata mpok. Si mpok cerita lagi, bahwa beberapa hari sebelumnya dia ikut penyuluhan di rt dekat rumahnya, dalam penyuluhan yang memang diadakan oleh dinas pemadam kebakaran terdekat, dipertanyakanlah perihal penetapan tarif oleh anggota pemadam kebakaran. Dan jawaban yang diberikan persis sama jenisnya dengan para pejabat tinggi negeri ini yang selalu memasang wajah malaikat tapi tidak tahu secuilpun kebobrokan institusi yang dipimpinnya. yang mana hal itu adalah mustahil. petugas penyuluh itu mengatakan bahwa anggota pemadam tidak dibenarkan untuk meminta bayaran kepada masyarakat. Dan bila diketahui ada anggota yang melakukan itu, bisa dipecat.
Selama saya mendengar cerita si mpok ceria ini, saya rasakan wajah saya perlahan tapi pasti memanas. Rasanya saya bisa tambah sarapan dengan telur rebus yang ditaruh di kepala saya. Geram nian hati ini mendengar kebengisan aparat negara ini. Aparat negara tugasnya adalah melayani rakyat. Bila ia justru memeras rakyat dengan cara seperti itu, pantaslah disebut keparat negara. Serupa pula dengan para pejabat tinggi yang korupsi, mereka adalah keparat negara. Maaf...saya masih emosi tingkat tinggi nih.
Bukankah pemadam kebakaran adalah salah satu alat negara yang memang diadakan untuk melindungi dan membantu rakyat seperti kepolisian? Rasanya menjijikan sekali melihat kenyataan betapa korupsi benar-benar tak tergoyahkan di nagari ini. Tak tergoyahkan dan makin tak pandang bulu. Rakyat yang terkena musibahpun diperas. Bayangkan saudaraku, orang yang baru saja rumahnya yang sekaligus jadi warung, terbakar musnah tak bersisa apapun yang dapat dijual, masih mesti ditambah penderitaannya, kesulitannya dengan harus memberikan uang Rp.1.000.000; SATU JUTA RUPIAH bagi kebanyakan orang sekarang memang terlihat kecil. Tapi betapa berharganya SATU JUTA RUPIAH itu bagi orang yang baru mengalami musibah. Berapa banyak hal yang bisa didapat dan dilakukan dalam keadaan darurat itu. Dan para KEPARAT NEGARA yang berlagak pahlawan itu dengan bengisnya merampas semua itu.
Bukankah pemadam kebakaran memang institusi yang sama sekali tidak komersil? institusi yang ditujukan untuk kemaslahatan rakyat? Sama sekali tak boleh ada unsur pembayaran dalam tugas-tugasnya di masyarakat?
Bukankah hakikatnya rakyat sudah membayar mereka melalui pajak? pakaian mereka, para petugas itu, dibayar melalui pajak bukan? sepatu, topi, segala peralatan dan perlengkapan mereka, bukankah dari rakyat? bahkan gaji yang mereka gunakan untuk beli makanan dan minuman yang tidak sahaja mengisi perut mereka, tapi juga anak istri mereka, bahkan mungkih selingkuhan mereka, tidakkah semua itu berasal dari keringat rakyat? mengapa pula masih memeras rakyat???
MBBSS(Mohon Betulkan Bila Saya Salah).
No comments:
Post a Comment